Saturday, January 19, 2013

Sssttt.... Aku Mencintaimu


Mungkin banyak dari kalian yang memiliki hobi sepertiku. Aku mencintainya, tapi ia tak pernah tau akan cinta itu. Dan, sampai sekarang pun orang yang ku cinta masih sama dan aku masih tetap diam, tak pernah ungkapkan cinta yang ku pendam. Bukan tanpa alasan aku memendam cinta selama ini, aku hanya takut, cintaku bertepuk sebelah tangan. Ya, kalian boleh memanggilku ‘pengecut’ , pengecut yang selalu pesimis akan cinta. Bagiku, diungkapkan atau tidak diungkapkannya cinta itu sama saja. Sama-sama manis namun pahit...

Naya, begitu nama panggilannya. Terasa sejuk mendengar namanya. Naya adalah gadis populer di sekolahku. Tak hanya cantik, Naya pun sangat cerdas, ia pandai di beberapa mata pelajaran. Siapa yang tak tertarik dengan gadis yang bagiku sangat sempurna itu? Naya, sudah tak asing lagi namanya, seluruh siswa ataupun siswi mengenalnya. Jujur, pertama kali melihatnya aku takut, takut aku akan mencintainya lebih jauh, dan sialnya, aku masuk ke dalam ketakutan itu. Dan kini, selama hampir 3 tahun, aku masih mencintainya, tak pernah berubah dan tak pernah ku ungkapkan...

Namaku Wirsa. Aku adalah seorang pria yang hanya bersahabat dengan buku-buku tebal. Penampilanku tak terlalu aneh, bagiku sih, tapi bagi mereka, penampilanku aneh. Aku memakai baju seragam yang lebih besar dari ukuran badanku, jadi terlihat gombrong. Lalu aku selalu memakai kaos kaki yang panjangnya se-betis. Aku juga selalu memakai kacamataku yang super duper tebal. Selain tebal, kacamataku juga besar, oleh karena itu mereka sering memanggilku ‘mata jengkol’ . Dan aku tidak marah, aku menganggap itu hanyalah sebagian dari lelucon. Aku terlahir dari keluarga yang tak terlalu berkecukupan. Bisa bersekolah disini saja aku masih mengandalkan beasiswa yang ku dapat dari hasil kerja keras otakku. Berterimakasihlah aku kepada Tuhan yang sudah memberikan otak ini kepadaku.

***

Dulu, aku pernah berbicara dengannya. Walau hanya beberapa kata saja, tapi bagiku, itu adalah keindahan yang tak pernah terbayar oleh apapun. Naya, si pujaan hati ini, menjawab sapaku dengan ramah..

                “Selamat pagi, Naya..” kataku di suatu pagi.

                Naya tersenyum dengan indahnya, “pagi juga, Wirsa.”

                “Kamu tau namaku? Dari mana?” aku bertanya kaget.

                “Siapa yang tak mengenalmu? Kamu yang paling berbeda dari semua siswa disini..”

                Aku tersenyum malu. Mulutku rasanya terkunci, tak mampu berkata-kata.

Naya melempar senyumnya sebelum berlalu meninggalkanku yang masih terpaku dalam kebisuan. Rasanya pagi ini adalah pagiku yang paling indah. Dan inilah awal kisah dimulainya kisah kasihku yang masih tersembunyi...

***

Menyesakkan terkadang yang kurasakan ketika menjadi pengagum rahasia. Pernahkah kalian bayangkan jika pujaan hati yang sedari dulu diharapkan malah jatuh ke hati orang lain? Dan, aku sudah beberapa kali mengalami sesak itu, namun entah kenapa aku tak pernah mau berhenti untuk tetap menjadi pengagum rahasianya . Mungkin Naya adalah cinta sejatiku, di suatu masa, nanti..

“Eh, cupu, gak pegel pakai kacamata yang tebel banget kayak gitu? Hahaha..” celetuk Gio, kekasihnya Naya.

Aku hanya mampu diam mendengar ejekannya yang tak pernah ku hiraukan. Sebal memang. Tapi mau gimana lagi? Membalasnya? Mana mampu aku. Ditambah Gio adalah salah satu cowok populer di sekolah yang diagung-agungkan olek banyak siswi di sekolah ini. Dan, beruntungnya dia bisa memiliki kekasih secantik dan seindah, Naya...

Gio dan Naya masih berhubungan. Mereka selalu berdua kemanapun, tak lepas dari pandanganku. Mereka bak pasangan yang sangat serasi dan dipuji-puji oleh setiap manusia yang melihatnya. Jujur, aku iri..

Terkadang aku berpikir, kenapa aku harus terlahir dengan kekurangan seperti ini? Sehingga aku hanya mampu melihat orang yang ku cintai dan ku impikan berbahagia dengan cowok yang lebih mapan dibanding aku. Tapi, apa gunanya aku menyalahkan kekurangan? Setidaknya, ini sudah menjadi ciri khas dari diriku. Dan dengan ini aku gampang dikenal dengan banyak orang di lingkungan sekolahku ini.

***

                “Tuhan, bolehkah aku memilikinya?”

Doaku yang selalu kupanjatkan dan tak pernah lupa. Kini, aku benar-benar sudah dibutakan oleh cinta. Cinta yang sesungguhnya hanya bisa ku raih di mimpiku. Tak ada salahnya, kan jika aku bermimpi menjadi kekasihnya? Karena aku yakin, aku tak akan mampu meraihnya di dunia nyata.

Kenapa kamu begitu indah, Naya? Kenapa kamu begitu cantik?

Memujinya. Hanya itu yang bisa ku lakukan.

Aku pernah berpikir. Cinta sesungguhnya akan lebih bermakna jika kita belum mengungkapkannya. Dan sesungguhnya cinta yang paling sederhana adalah memuji dan mengaguminya tanpa sepengetahuannya.

Untuk para pengagum rahasia, tetaplah menjadi pengagum. Karena sesungguhnya, tak ada hal yang lebih mengesankan dibanding mengagumi. Ya, walau terkadang sesak, tapi percayalah, melihat dia yang kalian kagumi bahagiapun, sudah menjadi semangat untuk lebih mengaguminya.

***

Hari kelulusan pun tiba, aku lulus dengan nilai tertinggi di sekolah. Dan Naya, dia berada di bawahku, Naya lulus dengan nilai tertinggi kedua di sekolahku. Naya mengucapkan selamat kepadaku. Memang ini bukan kali pertamanya aku menatap teduh wajahnya, tapi terus terang saja, rasa deg-deg-an masih menghampiriku.

“Selamat ya, Wirsa! Semoga kamu sukses nantinya. Senang bersaing denganmu..” katanya lalu menyalamiku.

Lagi-lagi aku terpana oleh keindahan. Tanganku, digenggam tangannya. Tuhan, ini nyata? Boleh aku minta hentikan waktu saat ini juga? Aku mohon...

                “Eh... Hmm.. I..i..iyaa.. Ka....kamu ju...ga ya...” jawabku terbata, malu.

Naya melepaskan genggamannya. Mataku masih terpana melihatnya. Entah kenapa tiba-tiba saja mulutku bekerja sendiri, memanggil Naya.

                “Naya?!...”

                Naya menoleh lalu menghentikan langkahnya. Mungkin aku menjadi sosok yang sok berani
                pada saat itu. Aku mendekati Naya. Entah, setan apa yang sudah merasuki diriku, aku
                merasa ada yang lain..

                “Aku menyukaimu, sejak lama. Kamu tau itu?” kataku.

                Naya terdiam. Aku melanjutkan perkataanku.

                “ Kamu gak pernah tau, Nay. Aku selalu diam, 3 tahun ku pendam semuanya, Nay.”

                “Wirsa? Kamu?” Naya heran.

                “Maaf aku sudah menjadi pengagum rahasiamu selama ini. Aku bangga bisa mengenalmu,”

                “Aku tak menyangka kamu mampu berkata seberani ini, Wir..”

Aku kembali terdiam. Pipiku memerah, aku malu. Tuhan, setan apa yang sudah merasuki diriku tadi? Semuanya sudah terungkap. Naya sudah mengetahui siapa yang sedari dulu begitu mengharapkannya. Aku jadi panik sendiri.

“Maaf aku lancang. Maaf sudah mengagumimu..” ucapku lalu pergi berlalu dari hadapan Naya.

***

Cinta diam-diamku sudah menjadi tak diam-diam lagi. Naya sudah mengetahui siapa pengagumnya. Dan sampai sekarang aku masih tetap mengingatnya. Entah ia ingat atau tidak. Yang jelas, aku selalu berterimakasih kepadanya, karena Naya sudah mengajariku. Bagaimana mencintai tanpa pernah diketahuinya. Bagaimana mengungkapkan yang tak ingin diungkapkan. Bagaimana bersabar menahan sesak.

Naya, kamu memang sempurna. Oleh karena itu, aku sadar, ketika aku yang tak sempurna mampu mencintai makhluk sesempurna kamu dengan cara yang amat sempurna, dalam diam.. 

No comments:

Post a Comment